BAB
1
1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan beerangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan , bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat – sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain ; sifat fisik, mental dan kepribadian
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kea rah dua hal :
Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yangØ menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpinØ yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan
sumber : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/01/teori-teori-kepemimpinan.html
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan beerangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan , bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat – sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain ; sifat fisik, mental dan kepribadian
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kea rah dua hal :
Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yangØ menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpinØ yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan
sumber : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/01/teori-teori-kepemimpinan.html
1.
Teori
Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 1.mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
3. Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.
Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 1.mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
3. Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.
Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.
Frederick Herzberg
(1923- ) memiliki hubungan erat dengan Maslow dan percaya pada teori dua faktor
motivasi. Herzberg berargumen bahwa ada faktor tertentu yang bisa membuat suatu
pekerjaan secara langsung akan memotivasi pekerjanya untuk bekerja lebih keras.
Namun ada juga faktor yang akan menurunkan motivasi pekerjanya jika faktor itu
tidak ada dalam diri si pekerja, faktor yang benar-benar memotivasinya untuk
bekerja lebih keras.
Faktor pertama,
seorang manajer yang berjiwa motivator akan lebih peduli dengan pekerjaan itu
sendiri. Misalnya bagaimana mendesain pekerjaan menjadi sangat menarik dan
berapa banyak kesempatan untuk memberikan tanggung jawab ekstra, pengakuan dan
promosi kepada bawahannya.
Faktor ke dua adalah faktor yang 'mengelilingi pekerjaan'. Sebagai contoh seorang pekerja hanya akan bekerja jika tempat bekerjanya telah memberikan tingkat gaji yang wajar dan kondisi kerja yang aman dan nyaman.
Herzberg percaya bahwa tempat kerja harus memotivasi para pekerjanya dengan mengadopsi pendekatan manajemen demokratis dan dengan meningkatkan sifat dan isi dari pekerjaan yang sebenarnya melalui metode tertentu.
Beberapa metode yang dapat digunakan oleh seorang manajer untuk mencapai hal ini adalah:
Perluasan Tugas - Pekerja diberi berbagai tugas yang lebih besar untuk melakukan sesuatu (tidak harus lebih menantang) yang harus membuat pekerjaan lebih menarik.
Pengayaan Tugas - Melibatkan pekerja dengan memberikannya tugas yang lebih luas dan lebih kompleks, menarik dan menantang di setiap unit pekerjaannya. Ini akan memberikan rasa prestasi yang lebih besar.
Pemberdayaan - Mendelegasikan kekuasaan yang lebih besar kepada pekerja untuk membuat keputusan sendiri dalam setiap bidang kehidupan kerja mereka.
Konflik merupakan realitas yang harus dihadapi oleh para ahli
teori social dalam membentuk model-model umum perilaku social. Seorang dictator
besar cina klasik, perdana menteri Shik Huang Ti, pernah mengatakan
bahwa esensi masyarakat adalah kekuasaan dan pada prinsipnya manusia itu adalah
pengecut dan malas. Namun karena rasa takut akan hukum. Maka manusia menjadi
baik. Rasa takut akan siksaan membuat manusia semakin sadar. Berikut ini teori
konflik menurut para ahli, sebagai berikut :
1. Teori Konflik Polybius
Polybius dilahirkan pada tahun 167 SM. Ia merupakan keturunan
negarawan dan salah seorang Achean terkemuka yang dibebaskan pemerintah Roma.
Polybius berpandangan apa yang dikemukakan Plato bahwa akan ada Malapetaka
besar yang dasyat yang akan merusak komunitas manusia, sehingga pada akhirnya
manusia menjadi seorang diri. Ibarat binatang, kesendirian tersebut memaksa
manusia membentuk kelompok. Ketidakmampuannya ini menyebabkan manusia membentuk
komunitas dengan pribadi-pribadi yang kuat dan berani sebagai pemimpin.
Keampuhan teori Negara yang dikemukakan oleh Polybius terletak pada esensi
tentang adanya hubungan-hubungan dalam kekuasaan.Polybius memiliki beberapa
konsepsi penting diantara para ahli teori konflik, seperti penyebarluasan
wilayah membawa sebuah konflik sebagai sebuah gugatan terhadap penyerapan untuk
memperkecil Negara, dengan demikian sentralisasi kekuasaan membawa sebuah
berkah perdamaian.
2. Teori Konflik Ibn Khaldun
Nama lengkapnya adalah Abu Zaid ‘Abdal Rahman Ibn Khaldun,
dilahirkan di Tunisia pada tahun 1332. Ibn Khaldun dipandang sebagai sosiolog
sejati. Hal ini didasarkan pada pernyataannya tentang beberapa prinsip pokok
untuk menafsirkan peristiwa-peristiwa social dan peristiwa-peristiwa sejarah.
Factor yang menyebabkan bersatunya manusia dalam suku-suku, Negara dan sebagainya
adalah rasa solidaritas atau hubungan antar masyarakat sebagai hasil peniruan
dan pembauran. Menurutnya, factor-faktor inilah yang menyebabkan adanya ikatan
dan usha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama yang terjadi antar-manusia.
Sehingga kemudian dikenal inti dari konsepsi sosiologi Ibn Khaldun adalah
dengan istilah “solidaritas social” atau ashabiyah.
3. Teori Konflik Machiavelli
Adalah Nicolo Machiavelli seorang Italia (1469-1527). Karya
populernya adalah “The Prince” dan lebih dari itu ada karyanya yang lebih
dasyat lagi, yakni :”Discourses On The First Ten Books Of Livy” ditulis dengan
sudut pandang yang cukup berbeda. Pertama adalah sebuah buku pedoman bagi para
penguasa. Sementara yang kedua adalah pernyataan yang sangat dalam bagi seorang
pahlawan Italia yang bermimpi untuk mempersatukan bangsa Italia. Namun
demikian, teori-teori tentang hakikat dan kebesaran manusia pada prinsipnya
sama. Artinya, hakikat manusia pada dasarnya adalah jahat. “Manusia adalah
jahat dan sesungguhnya manusia itu dengan mudah mempertunjukkan kekejamannya”.
Machievelli sepakat dengan konsepsi Polybius tidak hanya terhadap pandangan
terhadap keadaan sebagai satu macam keseimbangan kekuatan, akan tetapi jug
ide-idenya tentang keseimbangan kekuatan sebagai sumber kestabilan dan kondisi
yang bertahan lama. Sesuatu hal yang sangat mungkin bahwa keutuhan Negara dapat
dibentuk hanya dengan tindakan seorang penguasa yang agresif. Namun demikian
bilamana, berbagai macam kekuatan itu memberikan pengakuan dan kepentingan
penguasa, bangsawan dan rakyat akan tercapai suatu kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar